Sabtu, 04 Juni 2016

Belajar Literasi Informasi dari Membuat Slime

Anak kedua kami ingin sekali bisa membuat slime. Ia mengenal slime pertama kali dari saudara sepupunya. Ia pun segera mencari informasi tentang benda tersebut melalui mesin pencari google, dan membuka cara pembuatannya melalui youtube. Hari-harinya diisi dengan menonton tutorial cara membuat slime, mencoba resep dari satu video ke video lain. Bersamaan dengan itu, sabun cair, bedak, shampoo, sabun pencuci piring, deterjen, minyak bayi, berserakan di dapur, kamar mandi, ruang belajar. Saya hanya bisa mengamati dari jauh, dia adalah tipe anak yang senang mencoba, dan kurang suka dituntun.

gambar diambil dari Google



Ia terlihat kesal karena beberapa kali percobaan membuat slime nya gagal total. Tak jarang menggerutu "ini resepnya salah, nih". Berulang kali ia terus mencari resep dan tutorial yang tepat. Setelah hampir delapan kali mencoba membuat dan masih gagal, akhirnya ia meminta saya membelikan gom, borax dan Renu. Menurutnya, 3 bahan ini merupakan kunci keberhasilan membuat slime. Saya pun membeli ketiga bahan tersebut di waktu yang berbeda.  Percobaan pertama dengan borax bubuk gagal total, percobaan selanjutnya dengan Renu, menghasilkan slime yang cukup baik. Karena mulai sukses, ia semakin bersemangat mencoba bahan lain. Kami menyusuri kawasan Rawamangun dimana apotik berjajar. Satu per satu kami sambangi mencari Gom (obat sariawan). Percobaan dengan gom ternyata juga berhasil, ia makin senang.

Bagaimana nasib borax bubuk? Saya katakan padanya, saya tidak mau bahan tersebut tersia-sia. Ia pun mencari lagi sumber informasi yang menyebutkan borax bubuk sebagai salah satu bahan, ia membuka beberapa situs video, akhirnya menemukan bahwa borax bubuk bisa digunakan untuk membuat barrel slime (slime yang memiliki kohesivitas lebih cair ). Ia semangat luar biasa, ia menunjukkan kepada saya dan saudara-saudaranya dengan mata berbinar.

Tahap selanjutnya, saya katakan lagi, apa manfaat dari slime. Ia mencari lagi, dan berpikir. Beberapa hari kemudian ia 'presentasi'di hadapan kami, slime bisa digunakan untuk membersihkan bagian-bagian perabot yang sulit dijangkau oleh lap kain. Misalnya sudut-sudut atau papan ketik komputer dari debu.

Proses membuat slime ini telah mengajarkan kepada anak-anak bahwa berlimpahnya informasi harus kita iringi dengan kemampuan menyaring dan memilah informasi tersebut. Tidak semua informasi yang disajikan di mesin pencari bisa kita ikuti. Sebagian informasi tersebut dibuat asal-asalan tak berdasar, namun sebagian lainnya didasarkan pada kajian, ujian, dan ilmu. Anak-anak akhirnya lebih selektif memilih informasi, terutama dari internet.


video tutorial membuat slime bisa dilihat di sini

2 komentar:

  1. Saya semula kurang begitu suka melihat kedua anak saya membuat slime. rumah jadi kotor karena lem, bedak, dll. Tapi kemudian saya mengamati bahwa dengan bermain slime ternyata anak2 berproses untuk menjadi kreatif. Akhirnya saya biarkan mereka sering2 membuat slime, bahkan kebutuhan bahan bakunya saya belikan. Semoga kreasi slime bisa membuat anak2 tajam pemikirannya di masa mendatang...

    Trims for share Mb Maya. Salam kenal yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang kita menggunakan cara berpikir kita dalam belajar, padahal anak2 memiliki definisi sendiri memaknai arti belajar. Selamat bersenang2 dengan slime ya. Salam kenal.

      Hapus