Sabtu, 12 Desember 2015

Dari Mana Memulai Belajar?

Matanya membulat tajam, mulutnya terus-menerus bercerita, urat-urat nadi di lehernya terlihat menonjol karena semangatnya. Cerita tentang pendudukan Belanda, tanam paksa, sampai para pahlawan yang tak rela diinjak-injak kehormatannya terus mengalir. Sampai akhirnya, dengan wajah berseri ia menceritakan merdekanya Indonesia setelah pasukan Jepang terpaksa "pulang kampung".

Kamis, 03 Desember 2015

Kisah Ibunda Para Ulama bagian I: Kisah Ibunda Rabi'ah Ar Ra'yi

Kehidupan pernikahan menghadapi takdir yang berbeda-beda. Masih membicarakan hubungan pernikahan jarak jauh (LDM). Alih-alih saling menyindir, atau saling tersindir, ada baiknya kita saling empati dan saling menguatkan. Ternyata kisah hubungan pernikahan jarak jauh bukan hanya terjadi di zaman sekarang. Banyak faedah yang bisa kita dapatkan dengan mengetahui hubungan pernikahan jarak jauh yang dialami ibunda para ulama jaman dulu.


Sabtu, 28 November 2015

Belajar Berhitung atau Belajar Menjawab Soal?

MATEMATIKA, bagi anak sulung saya adalah materi paling akhir yang mau ia pelajari. Sejak memutuskan menggunakan metode belajar terstruktur,  ia tak mempermasalahkan pelajaran IPS, IPA, PKn, Bahasa Indonesia, serta materi-materi diniyyah. Namun untuk matematika, ia baru memulainya di usia memasuki 10 tahun. Saya cukup ketar-ketir dibuatnya. Di usia itu, ia baru mulai lagi mempelajari perkalian, pembagian, pengukuran, dan seterusnya. Alasannya, ia merasa, mempelajari angka-angka tidaklah asyik, berbeda saat ia membaca cerita dalam buku lain.
Beberapa bando produksi Si Sulung


Jumat, 20 November 2015

Tersandung, Jatuh dan Segera Bangkit

Apakah perjalanan Home Education selalu mulus? Tentu saja tidak, sama halnya dengan kegiatan lain. Bagi saya, home education sangat erat kaitannya dengan iklim rumah, iklim hati ibu, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Naik-turun pelaksanaan HE kami sangat berhubungan erat dengan naik-turun mood saya sebagai ibu. Saya tidak tau, ini pertanda buruk atau tidak, tetapi setiap kali saya menyadari  mood  saya jatuh, saya harus segera berbenah. Lalu, apa saja titik-titik kritis HE kami?

Sebenarnya sudah seringkali saya mengalami kegalauan dalam menjalankan HE. Kegalauan pertama muncul saat baru akan benar-benar menjalankannya. Seperti seorang anak yang memulai praktik bersepeda roda dua. Saat semua teori sudah dilahap, sumber-sumber sudah dikunjungi. Perasaan bimbang justru datang saat akan memulai. Sampai saat ini, saya sering melihat beberapa ibu yang memiliki perasaan sama saat baru akan memulai HE. Alhamdulillaah, karena izin Alloh, kemudian berkat diskusi dengan para pelaku HE, serta mengunjungi blog-blog pelaku HE, kekhawatiran itu berangsur reda.

Anak-anak belajar tata laksana pengurusan jenazah dari buku saku nenek mereka yang tergeletak di atas meja.

Jumat, 06 November 2015

Dunia Baru Si Sulung

Langkahnya segera menuju ke rak sudut ruangan yang paling sering berantakan itu. Beberapa buah buku ia ambil, bersamaan dengan pensil, penghapus, buku tulis. Tanpa komando ia mencari posisi, meletakkan punggungnya di sofa hijau yang sudah tidak empuk lagi. Tak lama, ia memulai petualangannya, petualangan menyelami pengetahuan dan ilmu dari buku. Sesekali mencatat, kemudian menggarisi hal-hal yang penting menurutnya.



Kamis, 15 Oktober 2015

Kemana Para Ayah ?

Fatherless America! Ternyata negara sebesar Amerika Serikat merasa khawatir hilangnya peran ayah di masyarakat mereka. Mereka melakukan studi tentang ketiadaan peran ayah yang terwujud dalam berbagai tipe ayah. Studi ini dilakukan tahun 1995 oleh David Blankenhorn, seorang pendiri The Institute for American Values ( Sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam isu pendidikan dalam keluarga).

Dalam pembuka di bukunya, Blankenhorn mengungkapkan kenyataan bahwa sekitar 40% anak-anak di Amerika Serikat tidur di rumah-rumah dimana ayah-ayah mereka tidak 'hidup' di dalamnya. Ia melanjutkan, sebelum berusia 18 tahun, lebih dari separuh populasi anak di Amerika lebih banyak menghabiskan masa kanak-kanak mereka terpisah dari ayah-ayahnya.. Menurutnya, di Amerika belum pernah terjadi sebelumnya, anak-anak yang tumbuh  tanpa mengenal rasanya memiliki ayah, belum pernah terjadi anak-anak yang dibiarkan hidup tanpa perhatian dari para ayah.

Lalu, apa saja tipe-tipe ayah dari hasil studi tersebut?




Senin, 03 Agustus 2015

Homeschooling Keluarga Muslim

Dalam menjalankan homeschooling, pelajaran agama sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan bersama semua anggota keluarga. Sebagian besar dari kita merasa tidak memiliki ilmu yang cukup dalam bidang agama, karena bukan guru, ustad, dan sebagainya.


Bekal Awal Homeschooling

Saat akan menjalankan homeschooling, tentu akan banyak pertanyaan di kepala Anda. Mulai dari isu legalitas, metode, dan sebagainya. Semua pertanyaan tersebut telah saya rangkum dalam ebook yang bisa Anda unduh di sini.




Sabtu, 01 Agustus 2015

Belajar Anatomi Tubuh Manusia

Kali ini kita akan menggunakan lembar kerja bertema perkenalan anatomi tubuh manusia. Semua lembar kerja ini diunduh dari education .com. Silakan unduh secara gratis di sini



Seru dengan Lembar Kerja Sains

Berikut ini beberapa lembar kerja sains yang pernah saya unduh dari situs education .com. Silakan diunduh. Lembar kerja ini bukan kewajiban untuk anak-anak saya, hanya penunjang dan pengisi waktu di saat saya sedang buntu dengan ide baru.






unduh di sini: lembar kerja sains anak-anak

Kamis, 30 Juli 2015

Unduh Gratis: Lembar Kerja Mengenal Huruf dan Angka

Saat awal menjalankan home schooling, saya juga sering berburu kertas kerja di internet. Alhamdulillah masih tersimpan di komputer milik orang tua saya. Berikut adalah lembar kerja mengenal angka (usia pra sekolah-TK)

Lembar kerja ini saya unduh dari situs education.com yang dulu memang menyediakan lembar kerja secara gratis tanpa dibatasi.



Unduh lembar kerja mengenal abjad

Unduh lembar kerja mengenal angka




Gratis Unduh: Kurikulum untuk Anak Pra Sekolah-TK

Saat memulai Home Schooling, para ibu biasanya kasak-kusuk mencari kurikulum. Ya, itu juga yang saya lakukan dulu. Sampai akhirnya saya menyalin kurikulum Nasional untuk usia dini dan TK, kemudian saya tambahkan beberapa poin penting. Insyaa Alloh akan dibuat beberapa bagian.

Tautan tema I: Aku    di sini

Tautan Tema II: Lingkunganku    di sini

Tautan Tema III: Kebutuhanku  di sini  

Tautan Tema IV: Binatang dan Tumbuhan  di sini

Tautan Tema V: Rekreasi   di sini


Tautan Tema VI: Pekerjaan, Air, Udara, Api  di sini

Tautan tema VII: Alat Komunikasi, Tanah Airku, Alam Semesta di sini






Sabtu, 25 Juli 2015

Belajar Membaca, Belajar Mengenal

Kemampuan membaca merupakan modal awal bagi seorang anak menuju gerbang ilmu lainnya. Masalahnya, sebagai orang tua, seharusnya kita bisa menentukan waktu yang tepat untuk anak-anak mulai belajar membaca. Saat ini telah ada peraturan tidak diperbolehkannya mengajarkan membaca di bangku TK, tak heran, tempat-tempat les membaca, menulis dan berhitung telah masuk anggaran pengeluaran rutin keluarga muda saat ini.

Rabu, 24 Juni 2015

"Tahun Ajaran Baru" untuk Anak-anak Home Schooling

Alhamdulillah, kami akan memasuki fase belajar berikutnya, membuka buku-buku yang baru, mempelajari hal-hal yang baru, serta tantangan-tantangan baru. Sejak usia 8 tahun, anak pertama telah memulai belajar terstruktur menggunakan materi anak sekolah serta buku-buku pelajaran sekolah disertai buku-buku lain sebagai penunjang. Saya pernah menguraikan tahapan belajar anak-anak sejak awal HS di cerita belajar kami di sini .


Senin, 27 April 2015

Pesekolah Rumah Juga Anak-anak


Suatu hari di rumah anak-anak home schooling: "Kakak, kakak". Suara-suara mungil itu memanggil nama anak-anak saya, hampir setiap hari. Di pagi hari, siang, maupun sore. "Aku dipukul sama si A", katanya penuh manja kepada anak ke dua ku. Mereka berusia antara 4-6 tahun, anak-anak tetangga rumah orang tua saya di Jakarta. "Nanti ya, kalau udah selesai belajar", adu anakku yang ke tiga dengan nada menasehati.


Beberapa tahun lalu, saat memutuskan menjalankan homeschooling, masalah sosialisasi dan adaptasi sempat menjadi ganjalan saya. Anak pertama saya tergolong sulit menyesuaikan diri saat ia balita. Saat bertemu teman baru pun, ia membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat berbaur. Keluarga besar saya tak kalah ikut khawatir. Khawatir anak saya akan lebih sulit beradaptasi dan bersosialisasi bila kami tetap menjalankan homeschooling.

Waktu terus berlalu, takdir Allooh membawa kami singgah di tanah-tanah-Nya. Beberapa tahun di Jakarta, singgah tak lama di Pulau Bangka, kemudian sempat tinggal di Sulawesi Utara. Dalam beberapa perjalanan kami, anak-anak sempat mengalami sulit beradaptasi, tetapi seiring bertambahnya usia, mereka menemukan kemampuan beradaptasi lewat cara mereka masing-masing. Dalam pengamatan saya, anak pertama saya bukanlah tidak bisa beradaptasi, tetapi ia hanya membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri dulu.

Lalu, bagaimana hubungan antara kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan homeschooling? Menurut saya, homeschooling memungkinkan anak-anak mendapatkan ruang dan waktu untuk menemukan cara mereka bergaul dan menyesuaikan diri, dengan izin Allooh ta'ala. Saat Balita, anak-anak saya intensif bergaul di dalam rumah saja. Melewati usia balita, secara sadar dan mandiri, mereka pun mau dan mampu bergaul dengan teman-temannya. Saya bersyukur kepada Allooh untuk taufiq-Nya.

Saat ini, saya bahkan harus membatasi mereka memanfaatkan waktu untuk bermain di luar rumah. Tak disangka pula, si sulung akhirnya berkesimpulan, tidak mau terlalu lama bermain dengan mereka.Alasannya, karena teman-teman mereka mengadukan teman yang lain. Tetapi hal ini tidak terjadi kepada anak ke dua, mungkin karena belum matang usia dan kemampuannya memilah.

Kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan diri menurut saya tidak dipengaruhi sekolah atau tidaknya seorang anak. Tetapi hal ini merupakan hasil asuhan dan didikan keluarga, terutama. Contoh dari orang-orang terdekat, serta bakat seorang anak. Pesekolah rumah adalah anak-anak, seperti juga anak yang bersekolah, atau anak-anak yang tak bisa bersekolah. Anak-anak membawa sifatnya masing-masing dari kandungan ibunya. Pengasuhan dan pendidikan adalah faktor luar yang membentuk dirinya, tentu setelah taufiq dari Allooh.

Untuk orang tua yang masih galau menjalankan homeschooling, silakan kaji kembali penelitian-penelitian tentang sosialisasi anak-anak homeschooling. Cerita dalm tulisan ini bersifat pribadi dan tidak memiliki dasar penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Selamat belajar, Bu!
 

Minggu, 01 Maret 2015

Anak-anak Home Schooling Mampu Bersaing, Kah?

Hari ini seorang teman masa remaja datang. Kami berbincang banyak tentang pendidikan anak-anak kami. Sampai ia bertanya, apakah anak saya, yang homeschooling (hs) bisa bersaing dengan anak-anak yang sekolah? Apakah anak saya mampu mengerjakan soal-soal seperti yang dilakukan anak-anak sekolah? Terima kasih atas pertanyaanmu, saya ucapkan, Kawan! Engkau telah mengingatkan, perasaanku dulu di masa awal menjalankan hs.

Ibu Home Schooling Galau ? Itu Biasa

Galau dalam menjalankan homeschooling? Biasa kok, asal tau sebab dan cara mengatasinya. Sebenarnya selama masih ada galau, tanda tanya, dan sebagainya itu pertanda bagus. Artinya, sang ibu masih terus ingin memperbaiki diri dan kualitas homeschooling nya. Saya sendiri sering galau. Naik-turun semangat menjalankan homeschooling, merasa salah jalan, dan sebagainya.
Berdasarkan yang pernah saya rasakan, berikut ciri-ciri Ibu pesekolah rumah yang galau:


Rabu, 21 Januari 2015

Badai Akan Berlalu

Saat memulai homeschooling dulu, rasanya serbacemas, tidak karuan. Berburu kurikulum, menyusun materi, membuat jadwal, mengunduh kertas kerja, mencari ide-ide belajar, adalah sebagian kegiatan yang saya lakukan. Saat memulai belajar kepada anak ke dua dan ke tiga, keadaan sudah jauh berbeda. Sedikit banyak, anak pertama memiliki andil cukup banyak dalam membangkitkan semangat belajar adik-adiknya.


Kamis, 15 Januari 2015

Anakmu, Cermin Dirimu

Saya benar-benar harus bergegas. Bersegera memperbaiki akhlak, menambah ilmu, menambah kesabaran, memperbaiki cara pengasuhan, sikap kepada orang lain, dan lain sebagainya. Saya bukan ingin mengikuti kontes atau apapun, tetapi, semakin hari, bayangan buruknya diri ini semakin kulihat.

Rabu, 14 Januari 2015

Pelajaran dari Rantau

Juli 2013 sebuah surat membawa takdir kami untuk pindah ke Bitung, Sulawesi Utara. Saya sudah mengenal daerah ini, karena sahabat saya ketika SMP dan SMU dulu berasal dari sana. Seperti yang saya bayangkan, tempat ini sungguh menawarkan keelokan alam yang luar biasa. Diapit Gunung Dua Saudara dan Gunung Klabat, serta berpagar pantai-pantai indah, kami tinggal.